Kamis, 26 Februari 2015

#kelaSelasa Edisi 10 Februari 2015

- Mungkin pengaruh feodalisme, bahasa Indonesia acap bias jender. Sebutan dan istilah mengacu dan dibedakan berdasarkan kelamin #kelaSelasa

- Wartawan untuk laki2, wartawati untuk perempuan. Maka para ahli bingung membedakan penulis. Untuk siapa sebutan ini? #kelaSelasa

- Maka sempat muncul sebutan "penulis perempuan" untuk sekadar membedakan dg penulis laki-laki. Tapi istilah ini bermasalah #kelaSelasa

- Bermasalah tak sekadar maknanya, penyebutan ini malah mengukuhkan bahasa Indonesia bias kelamin #kelaSelasa

- Jika "penulis perempuan" dibolehkan akan kacau penyebutan profesi yg tak bias kelamin. Tukang sayur disebut "pedagang perempuan" #kelaSelasa

- Maka istilahnya dibalik menjadi "perempuan penulis". "Perempuan pedagang" jadi selamat. Tapi ini tetap bias kelamin #kelaSelasa

- Maka drpd bikin sebutan tak perlu, sebaiknya mengacu pada profesinya saja. Wartawan utk laki & perempuan. Tak perlu wartawati #kelaSelasa

- Seniman untuk semua, tak perlu lagi seniwati. #kelaSelasa

- Untuk nama2 yg tak pake "wan" & "wati" enak jika diseragamkan. Aktor utk semua, tak perlu aktris. Pramugari tak perlu pramugara #kelaSelasa

- Sekarang tentang keterpelecokan yang tak disadari tapi fatal karena arti kalimat jadi lain. Berikut ini contohnya #kelaSelasa

- Penurun risiko kanker payudara itu wanita yg teratur, bukan mengkonsumsi bawang #kelaSelasa


- SDA dan JW menolak kasus BG, bukan BG menolak datang ke KPK lalu dicontoh oleh SDA & JW #kelaSelasa


- Jebakan kalimat pasif: siapa yang menggetok istri yang menganiaya suami? #kelaSelasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar